RAHASIA DI BALIK
PERANG DUNIA II
Setiap peristiwa yang terjadi di Inggris
meninggalkan tanda tanya besar bagi sekelompok kalangan dalam masyarakat
Inggris, karena telah lama menyadari bahaya yang mengancam negeri itu sesuai
Perang Dunia I. Media massa yang kebanyakan dikuasai oleh para pemilik modal
internasional mampu menguasai pendapat umum, dan jalan pemikiran, serta
perasaan kelas menengah dan bawah di Inggris. Lain halnya dengan kalangan
intelektual dan golongan atas lainnya. Mereka ini tidak mudah terpengaruh oleh
propaganda media massa. Para pemuka Inggris yang berpikiran jernih makin
merasakan adanya kekuatan terselubung. Mereka ini mengatur dan mengendalikan
peristiwa dari balik layar, menciptakan tokoh-tokoh yang bisa dijadikan
kaki-tangan, sesuai dengan program teratur dan terarah, dan berjangka panjang.
Peristiwa turunnya Edward dari singgasana kerajaan Inggris, dan peristiwa yang
melatarbelakangi punya akibat tertentu, sesuai dengan rancangan yang telah
digariskan. Para tokoh terkemuka Inggris menyadari bahaya itu, dan tahu pula
dari mana datangnya bahaya itu. Mereka tahu secara pasti, bahwa para pemilik
modal Yahudi internasional adalah pihak yang membentuk kekuatan terselubung
itu, atau setidaknya yang mewakilinya. Jadi, merekalah yang bertanggungjawab
atas perjalanan sejarah yang terjadi di Eropa, atau bahkan di dunia pada
umumnya. Diyakini pula, bahwa Zionisme bukanlah sebuah organisasi politik yang
punya tujuan dan sasaran biasa. Zionisme adalah organisasi utama yang
melaksanakan program Konspirasi internasional secara umum.
Tokoh Inggris yang mengetahui hakikat
dan seluk-beluk Konspirasi adalah admiral Sir Barry Dumvell, seorang perwira
yang pernah memegang jabatan tinggi berkali-kali pada angkatan laut kerajaan
Inggris selama 40 tahun berturut-turut. la dikenal dengan kedahsyatannya dalam
pasukan meriam angkatan laut Inggris pada Perang Dunia I, dan juga seorang
direktur Akademi Angkatan Laut Kerajaan (Royal Navy Academy). Kemudian ia
menjabat sebagai kepala badan inteligen angkatan laut selama beberapa tahun.
Tidak diragukan lagi, data-data berbahaya yang ia peroleh selama melaksanakan
tugas inteligen itulah yang membuat ia mengetahui secara detail tentang apa
yang terjadi di balik layar. Apalagi ia sering mewakili pemerintahnya dalam
berbagai kesempatan, terutama dalam konferensi yang ada hubungannya dengan
keamanan laut. Adapun kolonel Ramsey adalah tokoh kedua yang mengetahui
seluk-beluk Konspirasi, setelah Sir Barry Dumvell. Ia seorang alumnus Akademi
Militer Saint Horse (Saint Horse Military Academy), dan pernah mengabdi sebagai
pasukan pengawal kerajaan Inggris (The Royal British Guard) selama masa Perang
Dunia I. Kemudian ia berpindah tugas sebagai komandan angkatan laut kerajaan
Inggris. Setelah terjun ke dunia politik, ia terpilih sebagai anggota Majelis
Umum (House of Common) pada tahun 1931. Ia duduk dalam parlemen itu sampai
tahun 1940, ketika ia meninggalkan kehidupan politik.
Admiral Dumvell dan Ramsey keduanya
merupakan orang terdepan dalam barisan pasukan yang mengetahui hakikat bahaya
yang datang dan para tokoh Yahudi internasional, yang bergabung pada kelompok
pemilik modal internasional. Masalah ini menjadi perhatian khusus bagi mereka
berdua sejak tahun 1938. Mereka berdua menyampaikan peringatan kepada
pemerintah Inggris tentang hakikat bahaya itu. Keduanya mengetahui tujuan
langsung yang dijadikan sasaran pada waktu itu, yaitu menyalakan api perang
yang akan menyeret bangsa lain untuk saling menghantam. Seusai perang pasti
akan muncul kondisi baru yang penuh kecemasan dan kelelahan, yang memungkinkan
Konspirasi melangkah ke tahap berikutnya, yaitu mendirikan negara nasional bagi
bangsa Yahudi di Palestina. Dari tempat inilah kegiatan Konspirasi selanjutnya
akan diatur untuk mengejar mimpi-mimpi gila mereka.
Kami pribadi (penulis) sampai tahun
1937-1938 belum merasa yakin tentang tujuan akhir Konspirasi dan sejauh mana
pengaruh mereka yang menyelusup masuk ke dalam bangsa-bangsa di dunia. Setelah
mempelajari catatan Dumvell dan Ramsey yang berhubungan dengan masalah Yahudi
sejak tahun 1939 sampai tahun 1950, kami meyakini semua itu, khususnya tentang
kenyataan yang mengerikan, dan hakikat apa yang disebut dengan penindasan
terhadap Yahudi. Semua itu memberikan image secara jelas mengenai propaganda
beracun yang menelanjangi mereka sendiri dari sifat kemanusiaan. Setiap orang
Yahudi dan para korban propaganda Komunisme dan atheisme wajib menelaah ulasan
berikut dengan pikiran jernih, agar selamat dan marabahaya.
Stalin mengadakan langkah pembersihan
umum secara besar-besaran pada tahun 1939 terhadap unsur-unsur Yahudi yang
didalangi oleh jaringan revolusioner terselubung. Setelah beberapa waktu
berlalu diketahui, bahwa mereka itu ternyata hanya menjadi kuda tunggangan
belaka. Para tokoh Konspirasi Yahudi internasional tidak memperdulikan untuk
menjerumuskan saudara-saudaranya sebangsa Yahudi sebagai tumbal. Bahkan mereka
memberikan bantuan besar-besaran kepada Stalin selama dalam perang. Dan kami
(penulis) adalah salah seorang yang memimpin pengawasan pengiriman bantuan itu
dari Eropa dan Amerika ke Rusia melewati teluk Arab. Mengenai perang itu
sendiri, para pemilik modal Yahudi internasional adalah pihak yang mendalangi
dan membiayainya. Para tokoh Yahudi mengklaim, bahwa mereka meniupkan api
perang itu untuk menyelamatkan bangsa Yahudi dari kekejaman Nazisme. Demikian
pula yang diklaim oleh sekutu mereka dalam perang tersebut, termasuk di
dalamnya Winston Churchill dan Roosevelt, serta tokoh-tokoh dunia lainnya.
Dengan demikian, pendapat yang beredar dan yang terus diungkit-ungkit hingga
kini adalah, bahwa Jerman di bawah Hitler telah bertekad untuk memusnahkan
orang Yahudi. Dan Perang Dunia II telah menyelamatkan nasib mereka dari
penderitaan yang mereka alami selama ini. Akibatnya, orang Yahudi yang pada
umumnya menganut faham Zionisme bekerja untuk mencari dukungan dari bangsa
Eropa dan Amerika terhadap penindasan Hitler di masa lalu.
Siapakah
gerangan orang-orang Yahudi yang tertindas itu?
Apa
sebenarnya hakikat penindasan Hitler itu?
Dan
apa hakikat Zionisme itu?
Kita perlu berhenti sejenak untuk
meninjau secara analitis, sehingga kita akan sampai pada titik yang bisa
memberikan gambaran jelas. Sejarah telah berbicara sendiri, bahwa Jerman pada
masa Nazi memang memusuhi Yahudi, atau anti semitisme menurut istilah orang
Yahudi. Akan tetapi, permusuhan itu belum sampai di luar batas Jerman. Memang
benar mereka diperlakukan kejam oleh Hitler dan para tokoh Nazi. Akan tetapi,
orang Yahudi di luar perbatasan Jerman tidak mendapat perlakuan keji dari Nazi.
Bahkan orang Yahudi di Eropa masih tetap bisa hidup dengan aman. Hanya sebagian
kecil orang Yahudi yang melarikan diri dari Jerman. Serbuan Hitler bersama
pasukan Nazinya ke wilayah Polandia terjadi pada bulan September 1939, disusul
dengan pecahnya Perang Dunia II. Keadaan orang-orang Yahudi berbalik sama
sekali. Perang tersebut membuat seluruh Eropa dalam cengkeraman Jerman Hitler.
Kebencian bangsa Jerman ditumpahkan kepada orang Yahudi di Polandia, Belgia,
Perancis, Belanda dan negara Eropa lainnya, yang sebelum pecah perang mereka
hidup aman. Perang itu sendiri direncanakan oleh para tokoh Yahudi sejak
berakhirnya Perang Dunia I. Sikap anti Yahudi bangsa Jerman sebelum pecah
Perang Dunia II sudah tampak dan terungkap dalam bentuk kebencian, pemenjaraan
dan pembuangan pada saat-saat tertentu. Setelah pecah perang, sikap orang
Yahudi di seluruh dunia menentang Jerman, sedang kebencian bangsa Jerman
terhadap Yahudi berubah menjadi tindakan kejam. Jerman menganggap orang Yahudi
sudah memihak kepada sekutu musuh Jerman. Wajarlah kalau Jerman juga memerangi
Yahudi, sehingga tumbal perang bertambah banyak.
Bagi kita masalahnya bertambah jelas,
bahwa para tokoh Yahudi internasional lah yang mengatur kondisi buruk seperti
itu. Contoh yang jelas adalah kondisi di Polandia, yang karena perjanjian
Versailles telah menimbulkan perselisihan tajam antara Jerman dan Polandia
tentang pemisahan Prusia Timur sebagai wilayah Jerman yang dipersengketakan
oleh Polandia. Prusia Timur dengan Jerman dibatasi oleh terusan yang memanjang
sampai di kota Danzig, sesuai dengan perjanjian Versailles sebagai kota
internasional. Propaganda yang dilancarkan oleh para pemilik modal Yahudi
internasional menghujani berita palsu yang membentuk opini umum, bahwa Hitler
telah bertekad menyelesaikan kota Danzig dan terusan Polandia dengan jalan
kekerasan. Padahal masalahnya tidaklah demikian. Nota Hitler yang dikirim
kepada pemerintah Polandia bulan Maret 1939 menjelaskan, agar masalah itu bisa
diselesaikan dengan jalan damai. Usaha damai ini sudah berulang kali ditempuh,
namun tidak membawa hasil. Nota Hitler yang terakhir itu tidak mendapat jawaban
selama berbulan-bulan. Pemerintah Polandia berlagak tidak tahu-menahu, yang
membuat Hitler kehabisan kesabaran. Propaganda Yahudi sendirilah yang
mengipas-kipas untuk mendorong Hitler mengambil tindakan militer terhadap
Polandia. Dan terjadilah serbuan Nazi ke Polandia, September 1939.
Masalah yang menyebabkan Polandia
bersikap tidak tahu-menahu tentang nota Hitler itu ialah, karena adanya jaminan
dari Inggris untuk membela Polandia bila diserang oleh Jerman. Untuk ini,
Polandia menandatangani sebuah perjanjian dengan Inggris. Jaminan Inggris ini
disahkan oleh pemerintah Inggris atas desakan dan prakarsa para pemilik modal
Yahudi internasional dan kakitangannya. Mungkin ada anggapan, bahwa Inggris
sudah melaksanakan janjinya itu, ketika Inggris mengumumkan perang terhadap
Jerman, setelah Jerman menyerbu Polandia. Akan tetapi, kenyataannya Inggris
sendiri sangat lemah. Pemerintah Inggris sendiri menyadari ketidakmampuannya
untuk mengulurkan bantuan, baik dari laut, udara atau pun darat. Jaminan
Inggris kepada Polandia menyulitkan posisi pemerintah Inggris sendiri. Di sisi
lain, para pemilik modal Yahudi internasional telah mengetahui lika-liku
sebelumnya tentang apa yang akan terjadi, dan mendesak Inggris untuk
mengeluarkan jaminan, dan sekaligus juga mendesak Polandia untuk memegang
jaminan itu. Mereka juga mendorong orang-orang Yahudi Polandia untuk mengadakan
perlawanan sengit kepada pasukan Jerman. Ketika Polandia dikejutkan oleh
serbuan Nazi, dan ternyata Inggris tidak mengulurkan bantuan apa pun, rakyat
Polandia mengalami nasib buruk. Jelaslah bagi kita akibat dari semua peristiwa
itu. Para tokoh Yahudi internasional telah merancang dan menyebabkan nasib
bangsa mereka sendiri di Polandia kepada pasukan Nazi. Mereka sebelumnya
berhasil memaksa Hitler membanting haluan untuk berpihak kepada Nazi ekstrem.
Dan kebencian Nazi ekstrem yang telah mendarah daging terhadap bangsa Yahudi
justru menambah keruh suasana di Jerman setelah Perang Dunia I. Ini satu bukti
lagi, bahwa para tokoh Yahudi internasional adalah dalang setiap kejahatan
internasional dengan program setan, yang bertujuan menguasai dunia demi
kepentingan mereka sendiri. Setiap orang Yahudi patut menyadari, bahwa para
tokoh mereka adalah pihak yang paling bertanggungjawab atas setiap peristiwa
yang menimpa mereka dan bangsa lain di dunia. Para tokoh Yahudi atau para
sesepuh Zion (The Learned Elderly of Zion) atau kaum Nurani tidak pernah
menganut ajaran suatu agama mana pun, sampai kini. Mereka tidak punya aqidah
tertentu, kecuali 'aqidah' tamak dan gila turun-menurun, yang selalu membuat
onar dan bencana dalam mewujudkan impiannya. Seandainya mereka benar-benar
hendak membela orang Yahudi Polandia seperti yang mereka klaim, niscaya mereka
tidak akan menjerumuskan Negara itu ke dalam perang. Perang itu berarti orang
Yahudi sendiri yang mendapat perlakuan kejam dari pasukan Nazi.
Mengapa orang Yahudi
yang konon tertindas, lewat organisasi Zionisme dan jaringan-jaringannya
berhasil masuk ke Amerika, Eropa dan Palestina? Orang Yahudi kelas bawah
sebenarnya hanya melaksanakan perintah dan program para tokoh mereka sendiri.
Mereka terkejut oleh perang yang berkecamuk, karena mereka sebelumnya tidak
menyangka. Para tokoh Yahudi, para agen mereka, dan kaki-tangan mereka adalah
orang-orang yang mengatur jaringan Konspirasi di mana-mana dan mempersiapkan
perang. Mereka inilah yang sebenarnya menyelusup ke Eropa, Amerika dan
Palestina. Mereka ini pula yang datang kepada bangsa Barat dengan mengenakan
'pakaian hamil' dengan mengaku menjadi mangsa perkosaan Hitler dan Nazismenya.
Padahal, mereka sendirilah yang sengaja merancang dan mengatur perkosaan itu.
Mereka datang atas nama Zionisme untuk membela apa yang dinamakan dengan bangsa
Yahudi. Kalau bangsa di dunia hendak membela orang Yahudi, mestinya para
sesepuh Yahudilah yang harus dibinasakan, untuk menyelamatkan mereka dari
kejahatan setan.
0 komentar:
Posting Komentar